Sabtu, 19 November 2016

Life Mapping


Indonesia Emas 2045 : Optimis

Indonesia emas 2045: optimis.

Pepatah mengatakan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Pertanyaanya adalah, perlu berapa banyak pahlawan lagi agar indonesia menjadi bangsa yang besar?.
Salahkah jika kita berharap pada negeri ini?. Banyak orang yakin bahwa negeri ini punya segalanya. Segalanya ada.
                Jika ada orang yang bertanya kepada saya, mengapa masih optimis dengan negeri ini Walaupun saat ini lebih banyak orang yang pesimis dengan negeri ini?.  Setiap kali saya ditanya, saya selalu mengulang ulang pertanyaan ini di kepala saya, lalu mencari jawaban pasti.
                Saya berpikir, kenapa saya bisa optimis?.
                Terus terang saya juga masih bingung tentang pertanyaan itu karena: saya berpikir yang aneh itu saya atau mereka?. Atau mereka yang benar-benar yakin bahwa negeri ini bukan negeri apa-apa. Saya merasa seperti jadi minoritas. Sebuah anomali. Maka yang keluar dari mulut saya sambil menatap orang yang bertanya ke saya...
“Kalau orang-orang tahu apa yang saya tahu tentang Indonesia, mereka juga akan optimis..”
Kemudian pertanyaan susulan muncul “Apakah saya sering bertemu dengan orang yang pesimis dengan Indonesia?”
                Setiap manusia punya pilihan dalam setiap apa yang akan dikehendakinya. Manusia bisa sampai disini juga bukan hanya karenat takdir, melainkan karena pilihan. Keputusan. Dan saya rasa pengambilan keputusan berasal dari apa yang disebut wawasan yang menentukan arah tujuan kita kedepannya.
                “Saya ingin jadi astronot.”
                “Saya tidak suka merokok karena bisa menimbulkan banyak penyakit.”
                Atau, “Saya hari ini mungkin tidak lewat jalan A karena macet dan banyak lampu merah.”Siapa yang tahu keputusan saya itu memang tepat?.
Setiap keputusan tersebut langsung berkaitan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan kita. Detik demi detik. Keputusan kita yang besar tentunya akan memberikan dampak yang lebih besar lagi dari lewat jalan A atau B. Tapi besar ataupun kecil keputusan itu, akan membentuk hidup kita. Diri kita adalah koleksi keputusan kita yang telah lalu.
                Saya jadi seperti ini karena memang suka hal-hal yang berkaitan dengan komputer, jadi saya memilih jurusan teknik informatika. Dan didalam perjalanan saya untuk memilih jurusan ini, tentu banyak pertimbangan-pertimbangan yang saya pikirkan. Entah itu prospek jurusan bagaimana, kemampuan saya, ataupun kualitas sekolah. Dan wawasan disini juga memegang peranan penting dalam tiap langkah saya.

                Ada suatu kisah, dimana seorang pasangan dari negeri ini, yang sangat menginginkan memegang green card. Kartu. Untuk bisa tinggal di Amerika serikat. Mereka ingin merantau disana. Pekerjaan sang suami sebagai dosen dan istri pns biasa. Mungkin bagi sebagian besar orang penghasilan mereka lebih dari cukup untuk kebutuhan hidup selama beberapa tahun. Tapi memang yang namanya keinginan, mereka juga ingin pendidikan anak mereka bisa terjamin kualitasnay hingga tinggi. Mereka bilang negeri ini amburadul, kacau, serba kekurangan. Mereka ingin merantau apapun pekerjaannya. Loper koran, tukang cuci piring, baby sitter, demi hidup di amerika. American dreams.  Memang hanya dengan pekerjaan semacam itu, gaji mereka lebih tinggi daripada di Indonesia. Namun yang mereka kurang tahu bahwa pengeluaran disana juga jauh lebih besar daripada di sini. Mereka pesimistis dengan Indonesia
                Lalu, apa bedanya mereka dengan seorang dari Ngawi yang juga rela merantau ke Ibukota Jakarta dan berkata. ‘apapun pekerjaanya asal di ibukota dan bisa menghidupi keluarga saya di kampunh”.
                Kebanyakan orang pintar dan orang yang sudah sukses di luar negeri enggan pulang kampung ke Indonesia. Mereka lebih suka hidup di negara perantauan yang menurut mereka serba lebih baik daripada disini.

                Namun, sadarkah mereka jika kita disini lebih kaya dari mereka disana?
                Saya masih Optimistis dengan Indonesia.
                Sumber daya alam kita masih banyak yang belum kita kelola dengan baik. Hutan kita masih banyak yang perawan. Dan yang paling penting, budaya kita yang paling kaya di dunia. Dari ujung sabang sampai merauke, tak terhitung jumlahnya dari setiap inci pulau-pulau yang tersebar merata di kotak peta Indonesia
               
              Ribuan permasalahan mencekam generasi kita hari ini, yang bergerak perlahan namun diam-diam menyimpan bom yang siap meledak ketika waktunya tiba ada. Yang kasat mata dan mudah ditelanjangi dan dipertontonkan orang banyak juga ada. Tapi tak ada yang mengalahkan urusan moral dalam permasalahan remaja negeri kita saat ini. Moral juaranya. Dia yang siap dipertanggungjawabkan bila nantinya bangsa ini menjadi hancur.
 Lain lagi dengan kekerasan, semakin hari anak sebagai sandaran utama benturan kekerasan, bahkan bagaimanapun besar inci layar gedget kita, tak ada jaminan untuk tidak mengakses konten yang tak sesuai nilai kamanusiaan. Siaran di TV-pun sama, hanya beberapa saluran yang masih punya tameng. Entah sampaikan kapan dia bertahan, ditambah lagi dengan beratnya tuntutan kurikulum, yang membuat remaja jenuh dan kurangnya perhatian orang tua pada anaknya, tak hanya membuatkan susu hangat di pagi hari, juga semangat dan dukungan moral.

Ah, sudahlah kalian pasti sudah sadar dengan hal ini, sekarang saya cuma ingatkan. Paling tidak savefrom sebagai perantara untuk mendownloadnya, durasinya juga tak lama, tapi kapasitasnya sungguh mengetuk jendela perubahan tentang generasi emas 2045, dan juga jangan sungkan membaca tulisan surat indonesia 2045 di situ banyak panji dan janji sebagai cita-cita bersama.

Sungguh peradaban ini maju dengan pesat. Perkembanganpun diramaikan dan kejatuhan dibangkitkan, masalah generasi kita bukan hanya wacana tapi kini masalah itu sudah mengakar didasar tanpa ada pertahanan dari diri kita. Hanya satu hal yang saya khawatirkan, Jika Tuhan berikan umur panjang, apakah tahun 2045 masih ada tempat untuk indonesia? hanya doa dan usaha yang akan menjawabnya.

Saudaraku, saya kira dunia nyata dan maya bukan tempat untuk mengeluh apalagi menyampaikan cinta yang sungguh tak bermanfaat, tapi sandarkanlah DU, dunia ini sebagai tempat mengajak kebaikan, dan ingat jangan pernah dipalsukan oleh kata dunia.

Saya yakin sebuah karya epik dan roman berjudul “Indonesia” ini masih akan terus berlangsung dan bernafas sampai akhir hayatnya. Entah kapan. Selama masih banyak bibit bibit unggul yang siap dipanen demi kemajuan bangsa, insan insan muda cendekia yang punya imajinasi yang luar biasa menakjubkan dan siap membuang sauh serta melebarkan layar negara indonesia sampai pada tahap maksimal. Maksimal diatas maksimal.
Bagaimana caranya? Banyak, ada beribu-ribu dan bahkan berjuta-juta. Mulai dari hal kecil dan hal-hal besar yang spektakuler. Siapa? Kita semua, terutama generasi kita saat ini 2016 karena di saat indonesia emas, kita sudah mencapai usia yang matang.. Kapan? Mulai saat ini.


Mengapa?
Sekian dulu dari saya. Kita semua masih punya banyak pekerjaan rumah yang harus dibereskan.Bukan hanya eksakta dan sosialis. tapi juga cita-cita bangsa.